Senin, 20 Juni 2022

Menjadi Guru itu Takdir, Menjadi ASN itu Bonus

 






Menjadi guru adalah nasib atau takdir yang harus dijalani. Tak peduli seberapa keras berusaha untuk menjauh dari dunia mengajar, namun takdir selalu membawa kembali ke dunia mengajar. Mengapa disebut kembali ke dunia mengajar? Karena dunia mengajar bukan dunia yang asing bagiku. Dari kakek nenek, orang tua, pakde, bude, paklik, bulik hingga kakak sepupu pun berkecimpung dalam dunia mengajar.

Ketika memantapkan hati menjadi guru, tak terbesit sedikit pun keinginan untuk menjadi ASN. Dari awal niat hati menjadi guru hanya ingin mengajar dan mendidik dengan sebaik dan semampunya. Sama sekali tidak ada keinginan untuk menjadi ASN.

Pertama kali menjatuhkan pilihan untuk bekerja menjadi guru saat tahun 2012 setelah melalui proses wisuda prodi Bahasa Sastra Indonesia dan Bahasa Daerah Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Layaknya wisudawan yang lain, sebelum prosesi wisuda digelar sudah berusaha untuk melamar pekerjaan ke sana ke mari.

Mencoba melamar pekerjaan sebagai guru di beberapa sekolah di malang dan sekitarnya, meskipun diterima di salah satu SMPIT di kota Batu namun aku memantapkan hati untuk datang ke Kota Palangka Raya yang saat itu dijanjikan akan menjadi pengajar dan pendidik di salah satu Sekolah Dasar di kota Palangka Raya dikarenakan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sudah pensiun. Nyatanya sampai guru pensiun tersebut menghembuskan nafas terakhir, aku tak kunjung juga mendapatkan panggilan mengajar.

Meskipun belum mengajar di sekolah aku sedikit memiliki kesibukan di bimbingan belajar primagama Palangka Raya, sambil menunggu status menjadi guru aku bisa menghabiskan waktu menjadi tutor di bimbingan belajar tersebut. Dan benar saja, berkat menjadi tutor itu akhirnya berkenalan dengan salah satu tutor, aku memanggilnya mbak Anggit, yang kemudian mencoba menawarkan untuk melamar di sekolah tempat beliau belajar.

Sabtu, 13 April 2013 aku mengantar surat lamaran ke sekolah dasar yang sudah direkomendasikan mbak Anggit. Tiga hari berikutnya sms masuk ke hp yang isinya meminta untuk hadir ke sekolah tanpa diberitahu bahwa kehadiran tersebut untuk menjalankan tes wawancara dan praktik mengajar.

Setelah melalui rangkaian tes tersebut, keesokan harinya di hari Kamis, 18 April 2012 diminta untuk datang dan langsung stand bye menjadi pengajar wali kelas di kelas 3 dari pukul 06.30-14.00 WIB. Sejak saat itu resmi lah diri ini menyandang status sebagai guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Furqan kota Palangka Raya yang menjadi tempat belajar untuk mengajar dan mendidik penerus bangsa.

Selama mengajar di sana, sedikit pun belum pernah terpikirkan untuk mencari sekolah yang lebih baik atau menjadi ASN. Pernah sekali mengikuti tes cpns di Kabupaten Pulang Pisau, dengan tujuan hanya ingin mencari pengalaman. Pengalaman mendaftar hingga mengerjakan soal-soal tes. Namun hanya sampai di pengalaman saja.

Menurutku menjadi ASN itu memikul tanggung jawab besar, dan saat itu aku merasa belum mampu untuk memikul tanggung jawab tersebut. Jiwaku masih jiwa berpetualang dan menginginkan kebebasan. Bahkan setelah menikah lalu dianugerahi putri kembar sekalipun jiwa masih ingin bebas.

Itu sebabnya setiap kali datang waktu penerimaan ASN, aku sama sekali tak tertarik. Bahkan orang tua selalu mendesak untuk melamar, namun lagi-lagi aku hanya menolak dengan beralasan “belum ingin menjadi PNS”

Selama menjadi guru honorer swasta silih berganti melihat teman-teman yang pergi meninggalkan sekolah karena mendapat kesempatan menjadi PNS. Pun masih belum membuatku untuk mengikuti jejak mereka.

Sampai akhirnya, di pertengahan tahun 2021, selepas pelaksanaan PAS semester genap, putri terakhirku menghadap kepada sang pencipta. Saat itu adalah titik terendah sebagai manusia dan sebagai ibu. Hilang semua hasrat yang berhubungan dengan kehidupan dunia. Tidak memiliki keinginan melakukan suatu hal, tidak memiliki keinginan untuk memiliki sesuatu bahkan sekedar nafsu makan pun tidak ada. Meskipun perut perih, namun tetap tidak bisa makan. Hari-hari penuh duka berlalu, sekolah memberikan cuti sampai waktu masuk tahun ajaran baru.

Meskipun mendapat keringan untuk cuti, aku tetap memaksakan diri untuk hadir saat pembagian rapor kenaikan kelas. Begitu pula dengan mengikuti kegiatan rapat dan pelatihan pengembangan kompetensi guru yang diadakan oleh sekolah. Hal tersebut kulakukan supaya tidak merasa jenuh berada di rumah, hanya diam dan menangis. Meski ketika berada di sekolah, beberapa kali tetap tidak bisa membendung air mata.

Tiba lah tahun ajaran baru, proses belajar mengajar pun berlangsung walau masih daring. Meskipun masih berduka tak memiliki keinginan namun aku selalu bersemangat ketika waktu mengajar tiba.

Mengajar ternyata menjadi healing yang ampuh di masa duka. Padahal untuk mengurus anak seperti memandikan, menidurkan, mengajak bermain dan belajar aku tak bisa. Mengurus anak aku tak bisa namun jika datang waktu mengajar aku sangat bergembira. Walaupun saat itu hanya belajar daring.

Setelah kasus pandemi covid varian delta mengalami penurunan, sekolah akhirnya melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Aku tetap bersemangat datang ke sekolah dan mengajar. Namun jika saat pulang, sepanjang jalan pulang dari sekolah sampai rumah, menempuh 11 KM, sepanjang itu pula air mataku deras mengucur hingga membasahi masker. Pasalnya waktu pulang adalah waktu yang membahagiakan karena ketiga peri cantik terutama yang bungsu tidak bisa tidur siang jika bukan ibunya yang menidurkan.

Hari semakin hari ternyata rasanya semakin berat. Berat rasanya setiap pulang selalu mengingat wajah ceria yang menyambut di balik pintu. Tidak hanya itu jarak ke sekolah pun terasa memberatkan. Sampai pada akhirnya terbesit sedikit keinginan untuk berhenti dari SDIT Al-Furqan yang sudah 9 tahun membersamai perjalanan hidupku.

Saat itu, entah mengapa rasanya susah untuk bertahan, bekerja menjadi guru honorer di sekolah swasta memang memikul beban yang berat, hal itu sudah menjadi rahasia umum. Bukan hanya satu atau dua sekolah, bahkan guru-guru satu nusantara pun akan mengakui bahwa menjadi guru di sekolah swasta memiliki beban kerja yang banyak.

Hal itu pula yang tengah aku rasakan, dulu sama sekali tak ada masalah. Sebanyak apapun beban kerja yang diberikan aku ikhlas mengerjakannya karena aku menyadari memang begitulah menjadi guru honorer di swasta.

Namun di pengabdian menuju 9 tahun kala itu ditambah kondisi jiwa yang terluka dan berduka, rasanya sudah tak mampu bertahan lagi. Ke mana aku harus mengajar. Usia sudah tidak muda lagi, mau melamar menjadi guru di sekolah swasta yang lain pasti akan bersaing dengan yang fresh graduate, terlebih jika perempuan sudah menjadi istri dan ibu pasti akan melalui pertimbangan panjang untuk diterima.

Beruntung lah saat itu dibuka pendaftaran tentang penerimaan ASN PPPK guru seluruh Indonesia tahun 2021. Aku pikir mungkin ini bisa menjadi jalanku untuk berhenti dari sekolah yang sekarang. Mendapatkan tempat yang baru, teman baru, suasana yang baru dan bisa sedikit memberikan kenangan baru.

Setelah membuat akun di halaman https://sscasn.bkn.go.id/ pada hari Ahad, 18 Juli 2021 dan menunggu pengumuman seleksi berkas, akhirnya aku dinyatakan lolos dan berhak mengikuti seleksi kompetensi tahap II di hari Jumat, 10 Desember 2021.

Di malam menjelang tes justru hati semakin galau. karena hati sudah bergantung, berharap untuk dapat lolos. Namun di satu sisi harus mempersiapkan diri bahwa ada kemungkinan tidak lolos padahal hati rasanya berat untuk bertahan. Apalagi  lolos dan mendapat formasi PPPK merupakan keinginan pertama kali yang kurasakan setelah mengalami kedukaan yang mendalam.

Sampai akhirnya aku mencoba untuk ikhlas dan pasrah. Aku pasrahkan semuanya kepada pemilik hidup supaya Allah atur mana yang terbaik untuk aku terima dan jalani. Lolos atau pun tidak, sudah tak kupikirkan lagi. Aku hanya perlu menjalani takdirku dengan baik dan bertanggung jawab dengan pilihan yang telah kupilih.

Jumat, 17 Desember 2021 akhirnya pengumuman resmi bisa di akses di laman https://sscasn.bkn.go.id/ selepas sholat subuh mencoba untuk membuka dan di sana didapati keterangan “lolos dan mengisi formasi”.

Alhamdulillah, meskipun ada rasa sedih berpisah dari sekolah dan teman-teman guru yang telah membersamai selama 9 tahun, namun ada rasa bahagia akan mempunyai tempat dan keluarga baru, dan tanggung jawab baru. Dan yang paling penting harus diingat, bahwa di setiap keadaan dan tempat baru ada visi dan misi yang diemban.

 

“Seiring dengan datangnya kekuatan yang besar, datang juga tanggung jawab yang besar”  Ben Parker, Spiderman 2002

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOAL ULANGAN HARIAN TEMATIK KELAS 1

Kerjakan soal berikut ini! Memuat…