KELAS BELAJAR MENULIS PGRI
KIAT MENULIS CERITA FIKSI
Pertemuan : 10
Hari/tanggal : Rabu,
8 Juni 2022
Moderator : Sigid
Purwo Nugroho
Narasumber : Sudomo,
S.Pt.
Gelombang : 26
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fiksi adalah
cerita rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan. Cerita fiksi merupkan
bacaan yang mudah untuk dikenalkan dan menumbuhkan minat membaca kepada anak. Bahkan
salah satu jenis cerita fiksi yaitu dongeng menjadi salah satu cara menasihati
yang efektif sejak zaman dulu hingga kini. Dengan menyisipkan nasihat dalam
dongeng, pembaca atau pendengar tidak merasa dinasihati, namun pesan moral yang
terkandung di dalam dongeng akan diingat dan diresapi oleh pembaca atau
pendengar. Oleh karena itu menurut hemat pribadi, penting bagi seorang penulis
untuk bisa menulis cerita fiksi.
Pertemuan kesepuluh dengan materi Kiat Menulis Cerita
Fiksi dibuka oleh moderator bapak Sigid PN, seorang guru SMP Negeri di
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penulis mengenal bapak Sigid melalui grup Antologi
Menjadi ASN. Sesaat setelah penulis bergabung dan menuliskan nama di list pembuatan buku Bunga Rampai Suka Duka Menjadi ASN PPPK di grup Antologi menjadi ASN, beliau
menjapri dan menawarkan untuk ikut grup belajar menulis PGRI. Terima kasih
bapak Sigid memberikan saya jalan dan kesempatan untuk belajar menulis.
Narasumber malam ini adalah bapak Sudomo, S.Pt. beliau
merupakan guru di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat. Awal mula narasumber
terjun dalam bidang menulis hanya sekedar menumpahkan kegelisahan ide-ide yang
ada di kepala. Narasumber meyakini, bahwa hal yang besar berawal dari belajar hal-hal
kecil yang ada di sekitar, oleh karena itu beliau berusaha menjadi pembelajar melalui
berbagai kompetisi menulis. Karya beliau pun sudah banyak baik berupa buku
cetak maupun tulisan yang beredar di dunia maya.
Sebelum memulai sesi, materi telah dishare sebelumnya
melalui chanel youtube sebagai berikut. Untuk mewujudkan skill abad21,
kemdikbud menghapuskan ujian nasional dan mengganti dengan AKM (Asesmen
Kompetensi Minimum) yang di dalamnya mencakup kompetensi literasi. Dengan demikian sebagai guru
seyogianya mampu menguasai literasi fiksi dan nonfiksi. Selain hal itu
menulis bisa menjadi cara menyembuhkan dan mengeksplorasi diri.
Syarat untuk menulis cerita fiksi di antaranya, memiliki komitmen dan tekad yang
kuat, mampu dan mau melakukan riset(walaupun riset tidak seilmiah nonfiksi),
dan banyak membaca cerita fiksi untuk memperoleh gambaran teknis penulisan,
gaya bahasa dan menambah perbendaharaan kosa kata. Mempelajari Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan dalam penyuntingan. Memahami dasar-dasar menulis fiksi. Dan menjaga
konsistensi menulis.
Cerita fiksi memiliki banyak genre atau jenisnya yaitu, faksimini, flash
fiction, pentigraf, cerpen, novelet, novela, novel dan lain sebagainya. Untuk penjelasan
masing-masing bisa googling.
Unsur-unsur yang membangun cerita fiksi seperti yang telah diajarkan saat di bangku
SMP/SMA meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik di antarnya,
tema, alur/plot, penokohan, latar/setting, sudut pandang. Sedangkan unsur
ekstrinsik seperti pesan moral atau amanat yang terdapat dalam cerita. Pesan tersebut
bisa dari segi agama, sosial, budaya psikologi dan lain sebagainya.
Proses kreativitas menulis cerita fiksi dimulai dari niat, baca, ide dan genre,
outline, menulis, swasunting dan publikasi. Niat merupakan motivasi untuk memulai
dan menyelesaikan tulisan. Baca karyafiksi orang lainuntuk mendapat tambahan
pengetahuan tentang gaya bercerita, gaya bahasa, serta teknik penulisan. Saat ide
datang segera catat dan kembangkan imjinasi tersebut dengan menentukan genre yang
dikuasai atau disukai. Susunlah kerangka sesuai dengan unsur pengembangnya dan buatlah
premis yang sesuai. Tulislah sesuai outline yang sudah dibuat, kembangkan
dengan dialog, kutipan, kata unik, konflik. Buatlah kalimat yang singkat dan jelas,
dengan memperhatikan diksi (pemilihan kata) dan ending yang baik. Proses sunting
dilakukan setelah selesai menulis.
Kegiatan belajar malam ini dilaksanakan sesuai alur yang
telah dibuat oleh narasumber:
1.
Mulai dari Diri
Pada alur ini, narasumber memberi kesempatan kepada
peserta untuk menuliskan pengalaman belajar menulis cerita fiksi. Jika belum
pernah, bisa menuliskan kendala yang dialami ketika menulis cerita fiksi.
Saat sesi belajar penulis belum berkesempatan mengirim
pegalaman belajar menulis, jadi di dalam resume ini penulis akan mencoba sharing
tetang pengalaman belajar benulis fiksi.
Di awal Ramadhan tahun 2022 penulis
berkesempatan untuk mengikuti kelas menulis pentigraf dengan tema Ramadhan. Link
kelas dibagikan saat peserta telah selesai belajar dan tinggal menunggu
deadline pengumpulan pentigraf. Berbekal materi hasil rekaman zoom dan contoh-contoh
yang dikirim coach melalui kanal youtube akhirnya penulis pun tahu ada jenisi
cerita fiksi yang disebut pentigraf (cerpen tiga paragraf) pun dengan
tata cara dan aturan penulisan pentigraf. Tepat di tanggal deadline penulis
berhasil menuliskan 5 judul pentigraf dengan tema Ramadhan. Kini tinggal
menunggu buku antologi tersebut naik ke meja penerbit.
2.
Eksplorasi Konsep
Pada bagian ini, narasumber meminta kepada peserta
belajar menulis untuk mencermati lagi materi yang telahada di video
pembelajaran Menulis Fiksi itu Mudah di kanal youtube. Materi tersebut telah penulis
cantumkan di atas dengan istilah proses kreativitas menulis.
3.
Ruang Kolaborasi
Pada bagian ini, berdasarkan pemahaman peserta dari video
yang telah ditonton, narasumber mencoba berkolaborasi menulis cerita fiksi. narasumber
akan membagikan beberapa kalimat pembuka, kemudian peserta diminta untuk melanjutkannya.
4.
Demonstrasi Kontekstual
Pada bagian ini, narasumber mengajak peserta untuk
kembali mencerna materi terkait cerita fiksi. Terutama menyangkut premis. Untuk
materi lain sudah sangat dipahami. Narasumber menguatkan lagi tentang premis. Sebagai
gambaran, contoh premis novel/film Harry Potter adalah Seorang anak
laki-laki yatim piatu yang ingin membalas dendam kematian orang tuanya dengan
melawan penyihir jahat.
Kenapa harus membuat premis? Premis memudahkan untuk
mengembangkan cerita. Dari premis tersebut, akan membantu agar tidak
keluar jalur saat mengembangkan cerita. Ibaratnya sebagai rambu-rambu utama
dalam penulisan.
5.
Elaborasi Pemahaman
Pada bagian ini narasumber menggarisbawahi materi yang
ada di video. Beberapa hal penting yang menjadi catatan bersama dalam menulis
sebuah cerita fiksi. Materi telah penulis rangkum dan sub bahasan telah
ditandai dengan tulisan bercetak tebal.
6.
Koneksi Antar Materi
Pada bagian ini melengkapi keterkaitan antara materi satu
dengan yang lainnya. Tujuannya adalah agar bisa mendapatkan pemahaman yang
lebih menyeluruh. Narasumber pun membagikan sebuah peta konsep untuk memudahkan
dalam memahami materi belajar malam ini.
7.
Aksi Nyata
Pada bagian terakhir peserta diminta melakukan aksi nyata
hasil belajar dengan cara menulis resume pertemuan malam ini. Tentu resume yang
mengelaborasikan materi malam ini dengan pengalaman pribadi. Selain menulis
resume tentang materi dengan berakhirnya kegiatan belajar diharapkan peserta
mampu melakukan aksi nyata menulis cerita fiksi.
Keren
BalasHapusMantap 👍 salam literasi 🙏
BalasHapus