Kamis, 09 Juni 2022

KIAT MENULIS CERITA FIKSI

 KELAS BELAJAR MENULIS PGRI

KIAT MENULIS CERITA FIKSI


Pertemuan       : 10

Hari/tanggal    : Rabu, 8 Juni 2022

Moderator       : Sigid Purwo Nugroho

Narasumber     : Sudomo, S.Pt.

Gelombang      : 26

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fiksi adalah cerita rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan. Cerita fiksi merupkan bacaan yang mudah untuk dikenalkan dan menumbuhkan minat membaca kepada anak. Bahkan salah satu jenis cerita fiksi yaitu dongeng menjadi salah satu cara menasihati yang efektif sejak zaman dulu hingga kini. Dengan menyisipkan nasihat dalam dongeng, pembaca atau pendengar tidak merasa dinasihati, namun pesan moral yang terkandung di dalam dongeng akan diingat dan diresapi oleh pembaca atau pendengar. Oleh karena itu menurut hemat pribadi, penting bagi seorang penulis untuk bisa menulis cerita fiksi.

Pertemuan kesepuluh dengan materi Kiat Menulis Cerita Fiksi dibuka oleh moderator bapak Sigid PN, seorang guru SMP Negeri di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penulis mengenal bapak Sigid melalui grup Antologi Menjadi ASN. Sesaat setelah penulis bergabung dan menuliskan nama di list pembuatan  buku Bunga Rampai Suka Duka Menjadi ASN PPPK di grup Antologi menjadi ASN, beliau menjapri dan menawarkan untuk ikut grup belajar menulis PGRI. Terima kasih bapak Sigid memberikan saya jalan dan kesempatan untuk belajar menulis.

Narasumber malam ini adalah bapak Sudomo, S.Pt. beliau merupakan guru di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat. Awal mula narasumber terjun dalam bidang menulis hanya sekedar menumpahkan kegelisahan ide-ide yang ada di kepala. Narasumber meyakini, bahwa hal yang besar berawal dari belajar hal-hal kecil yang ada di sekitar, oleh karena itu beliau berusaha menjadi pembelajar melalui berbagai kompetisi menulis. Karya beliau pun sudah banyak baik berupa buku cetak maupun tulisan yang beredar di dunia maya.

Sebelum memulai sesi, materi telah dishare sebelumnya melalui chanel youtube sebagai berikut. Untuk mewujudkan skill abad21, kemdikbud menghapuskan ujian nasional dan mengganti dengan AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) yang di dalamnya mencakup kompetensi  literasi. Dengan demikian sebagai guru seyogianya mampu menguasai literasi fiksi dan nonfiksi. Selain hal itu menulis bisa menjadi cara menyembuhkan dan mengeksplorasi diri.

Syarat untuk menulis cerita fiksi di antaranya, memiliki komitmen dan tekad yang kuat, mampu dan mau melakukan riset(walaupun riset tidak seilmiah nonfiksi), dan banyak membaca cerita fiksi untuk memperoleh gambaran teknis penulisan, gaya bahasa dan menambah perbendaharaan kosa kata. Mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan dalam penyuntingan. Memahami dasar-dasar menulis fiksi. Dan menjaga konsistensi menulis.

Cerita fiksi memiliki banyak genre atau jenisnya yaitu, faksimini, flash fiction, pentigraf, cerpen, novelet, novela, novel dan lain sebagainya. Untuk penjelasan masing-masing bisa googling.

Unsur-unsur yang membangun cerita fiksi seperti yang telah diajarkan saat di bangku SMP/SMA meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik di antarnya, tema, alur/plot, penokohan, latar/setting, sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik seperti pesan moral atau amanat yang terdapat dalam cerita. Pesan tersebut bisa dari segi agama, sosial, budaya psikologi dan lain sebagainya.

Proses kreativitas menulis cerita fiksi dimulai dari niat, baca, ide dan genre, outline, menulis, swasunting dan publikasi. Niat merupakan motivasi untuk memulai dan menyelesaikan tulisan. Baca karyafiksi orang lainuntuk mendapat tambahan pengetahuan tentang gaya bercerita, gaya bahasa, serta teknik penulisan. Saat ide datang segera catat dan kembangkan imjinasi tersebut dengan menentukan genre yang dikuasai atau disukai. Susunlah kerangka sesuai dengan unsur pengembangnya dan buatlah premis yang sesuai. Tulislah sesuai outline yang sudah dibuat, kembangkan dengan dialog, kutipan, kata unik, konflik. Buatlah kalimat yang singkat dan jelas, dengan memperhatikan diksi (pemilihan kata) dan ending yang baik. Proses sunting dilakukan setelah selesai menulis.

Kegiatan belajar malam ini dilaksanakan sesuai alur yang telah dibuat oleh narasumber:

1.      Mulai dari Diri

Pada alur ini, narasumber memberi kesempatan kepada peserta untuk menuliskan pengalaman belajar menulis cerita fiksi. Jika belum pernah, bisa menuliskan kendala yang dialami ketika menulis cerita fiksi.

Saat sesi belajar penulis belum berkesempatan mengirim pegalaman belajar menulis, jadi di dalam resume ini penulis akan mencoba sharing tetang pengalaman belajar benulis fiksi.

Di awal Ramadhan tahun 2022 penulis berkesempatan untuk mengikuti kelas menulis pentigraf dengan tema Ramadhan. Link kelas dibagikan saat peserta telah selesai belajar dan tinggal menunggu deadline pengumpulan pentigraf. Berbekal materi hasil rekaman zoom dan contoh-contoh yang dikirim coach melalui kanal youtube akhirnya penulis pun tahu ada jenisi cerita fiksi yang disebut pentigraf (cerpen tiga paragraf) pun dengan tata cara dan aturan penulisan pentigraf. Tepat di tanggal deadline penulis berhasil menuliskan 5 judul pentigraf dengan tema Ramadhan. Kini tinggal menunggu buku antologi tersebut naik ke meja penerbit.

2.      Eksplorasi Konsep

Pada bagian ini, narasumber meminta kepada peserta belajar menulis untuk mencermati lagi materi yang telahada di video pembelajaran Menulis Fiksi itu Mudah di kanal youtube. Materi tersebut telah penulis cantumkan di atas dengan istilah proses kreativitas menulis.

3.      Ruang Kolaborasi

Pada bagian ini, berdasarkan pemahaman peserta dari video yang telah ditonton, narasumber mencoba berkolaborasi menulis cerita fiksi. narasumber akan membagikan beberapa kalimat pembuka, kemudian peserta diminta untuk melanjutkannya.

4.      Demonstrasi Kontekstual

Pada bagian ini, narasumber mengajak peserta untuk kembali mencerna materi terkait cerita fiksi. Terutama menyangkut premis. Untuk materi lain sudah sangat dipahami. Narasumber menguatkan lagi tentang premis. Sebagai gambaran, contoh premis novel/film Harry Potter adalah Seorang anak laki-laki yatim piatu yang ingin membalas dendam kematian orang tuanya dengan melawan penyihir jahat.

Kenapa harus membuat premis? Premis memudahkan untuk mengembangkan cerita. Dari premis tersebut, akan membantu agar tidak keluar jalur saat mengembangkan cerita. Ibaratnya sebagai rambu-rambu utama dalam penulisan.

5.      Elaborasi Pemahaman

Pada bagian ini narasumber menggarisbawahi materi yang ada di video. Beberapa hal penting yang menjadi catatan bersama dalam menulis sebuah cerita fiksi. Materi telah penulis rangkum dan sub bahasan telah ditandai dengan tulisan bercetak tebal.

6.      Koneksi Antar Materi

Pada bagian ini melengkapi keterkaitan antara materi satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah agar bisa mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh. Narasumber pun membagikan sebuah peta konsep untuk memudahkan dalam memahami materi belajar malam ini.



7.      Aksi Nyata

Pada bagian terakhir peserta diminta melakukan aksi nyata hasil belajar dengan cara menulis resume pertemuan malam ini. Tentu resume yang mengelaborasikan materi malam ini dengan pengalaman pribadi. Selain menulis resume tentang materi dengan berakhirnya kegiatan belajar diharapkan peserta mampu melakukan aksi nyata menulis cerita fiksi.


2 komentar:

SOAL ULANGAN HARIAN TEMATIK KELAS 1

Kerjakan soal berikut ini! Memuat…