MENGATASI WRITER’S BLOCK
Pertemuan : 7
Hari/tanggal : Rabu, 1
Juni 2022
Moderator : Lely
Suryani
Narasmuber : Ditta
Widya Utami, S.Pd. Gr.
Gelombang : 26
Menjadi penulis pemula maupun profesional pasti akan
bertemu dengan yang namanya writer’s block. Kondisi di mana seorang penulis
merasakan terhenti, tidak bisa atau
dapat menulis sesuatu yang baru. Tiba-tiba merasa bahwa ide yang ada di kepala
tidak bisa keluar untuk dijadikan sebuah tulisan. Writer’s block atau disingkat
WB bisa terjadi kepada siapapun dan kapan pun, oleh karena itu seorang penulis
harus mampu mengatasi kondisi WB ini. Malam ini pertemuan ketujuh kelas
Pelatihan Belajar Menulis PGRI akan membahas mengenai writer’s block dan cara
mengatasinya.
Tepat sesuai waktu yang ditetapkan moderator pun mulai
menyapa dan membuka kegiatan pelatihan. Kegiatan belajar tersebut dimoderatori
oleh Lely Suryani, beberapa saat setelah membuka kelas langsung memperkenalkan narasumber
yaitu ibuDitta Widya Utami, S.Pd. Gr. Seorang guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy,
Subang, Jawa Barat. Usianya masih belia namun deretan karya, prestasi dan penghargaanya
sungguh luar biasa. Begitupula dengan aktivitasnya sebagai tenaga pendidik
maupun penulis. Di usia yang masih belia sudah menjadi Pengajar Praktik (PP) dalam Pendidikan
Guru Penggerak Angkatan 3.
Lama waktu terjadinya writer’s block atau WB bergantung pada kemampuan penulis untuk mengatasinya. WB bisa terjadi hitungan menit, jam, hari, bulan, bahkan bertahun-tahun. Supaya penulis dapat mengatasi WB maka hal yang paling utama dilakukan adalah mengetahui penyebab WB. Di antara penyebab WB adalah mencoba metode/topik baru dalam menulis, stress, lelah fisik/mental, dan terlalu perfeksionis.
1. Mencoba metode/topik baru dalam menulis
Saat sesi berlangsung narasumber memberi tantangan untuk menulis
satu paragraf tentang pancasila. Bagi yang sudah mengetahui sejarah pancasila
bisa dengan mudah menuliskannya namun ketika diminta untuk menambahkan praktik
perilaku pancasila yang sudah diterapkan maka, WB bisa datang kepada
orang-orang yang masih asing dengan penambahan topik dalam tulisannya. Cara mengatasinya
penyebab WB ini dengan membaca referensi tambahan.
Tidak hanya dalam penambahan topik baru, metode dalam penulisan pun mampu membuat penulis terserang WB. Misal jika kita terbiasa menulis karya tulis ilmiah. Kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang berbeda. Bagi yang belum terbiasa, tentu akan mengalami kesulitan saat harus menulisnya. Cara mengatasi hal ini bisa dengan mempelajari teknik dan banyak berlatih menulis merupakan solusi terbaik untuk meminimalkan dampak WB.
2. Stress, Lelah Fisik dan Mental
Dalam sebuah jurnal berjudul "Stres dan Solusinya
dalam Perspektif Psikologi dan Islam" yang ditulis oleh Admin Admin dan
Himma (2019) disebutkan bahwa stres adalah respon tubuh yang diakibatkan karena
adanya tuntutan dari luar diri individu yang melebihi kemampuan dalam memenuhi
tuntutan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut.
Baik stres, lelah fisik, maupun mental bisa juga menjadi
sebab-sebab penulis terserang WB. Misal dituntut menyelesaikan tulisan untuk segera
dikirim. Ketika stres, bisa jadi malah kehilangan inspirasi untuk melanjutkan
menulis. Walaupun stres dan lelah fisik bisa menyebabkan WB, sesungguhnya
menulis pun bisa dijadikan salah satu cara healing terbaik.
Cara mengatasinya dengan metode jurnal meditasi, yaitu menulis bebas untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakan, tanpa menghakimi semua perasaan yang ditulis tersebut. Buat saja tulisan ekspresif. Curhat. Tentang segala yang dirasa, dikeluhkan (jika ada), dsb. Jika sudah tenang, semoga kembali muncul inspirasi untuk melanjutkan menulis.
3. Terlalu Perfeksionis
Pada sesi ini narasumber memperlihatkan tulisan tentang acara penyerahan SK P3K Kabupaten Subangyang diikuti oleh narasumber. Menurut narasumber tulisan tersebut adalah
tulisan yang dibaca/dilihat paling banyak dalam kurun waktu sehari setelah
dipublish. Bisa dibilang tulisan tersbeut sukses meraih banyak pembaca. Ketika
merasa sukses, maka penulis akan ada sedikit merasakan beban apakah tulisan
selanjutnya mamu mengundang pembaca sebagaimana tulisan sebelumnya.
Ketika hal ini terjadi, ada dua kemungkinan: Penulis
tetap melaju dengan tulisannya atau penulis terserang WB dan mulai tersendat
sendat aktivitas menulisnya. Alih-alih menghasilkan tulisan, sikap yang terlalu
perfeksionis bisa jadi membuat terserang WB. Kecepatan menulis berkurang,
ide-ide terasa hilang, sulit fokus setiap kali akan menulis, dsb. Menurut pendapat
pribadi narasumber, anggaplah pembaca dan pemberi komentar sebagai bonus. Yang terpenting
adalah tetap menulis.
Sesi materi berakhir dan dilanjutkan pertanyaan. Semangat
peserta belajar menulis sungguh luar biasa, pertanyaan berbobot dilontarkan dan
dikembalikan narasumber dengan jawaban yang berbobot pula. Yang tidak bertanya
atau belum sempat bertanya pun turut tercerahkan dengan pertanyaan dan jawaban yang
ada. Di akhir sesi narasumber pun menutup dengan statemen “Kita hebat karena
dikelilingi orang-orang hebat”. Hal ini sejalan dengan hadits nabi bahwa
berteman dengan penjual minyak wangi akan terkena wanginya dan berteman dengan
pandai besi bisa terkena panas atau bau tidak sedapnya. Artinya lingkungan di
mana kita berada aakan mempengaruhi diri kita. Berkumpul dengan penulis maka akan memunculkan semangat untuk menjadi penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar