PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI
MENULIS DI KALA SAKIT
Pertemuan : 22
Hari/Tanggal : Rabu, 06 Juli 2022
Moderator : Helwiyah
Narasumber : Suharto, M.Pd.
Gelombang : 26
Pertemuan
ke-22 dari 30 pertemuan, semakin waktu berlalu semakin tak terasa bahwa
pelatihan semakin menuju penghujung pertemuan. Di bawah panduan ibu
moderator Helwiyah dan narasumber bapak Suharto, M.Pd kelas malam ini akan
membahas tentang Menulis di Kala Sakit. Sebelum memasuki sesi perkenalan moderator
membagikan sebuah video pendek di kanal youtube. Video tersebut berisi tentang
narasumber yang sedang terkena GBS dan terbaring lama di rumah sakit namun
demikian beliau bisa kembali mengajar dan mencoba untuk menulis. Dalam
keterbatasan tersebut beliau pun menghasilkan karya beberapa buku. Kisah
selanjutnya akan disampaikan lebih lanjut dalam pemaparan materi.
Sebelum
ke pemaparan materi, ada baiknya berkenalan dengan narasumber malam ini.
Suharto, M.Pd. atau yang biasa dipanggil Cing Ato selain menjadi seorang guru
Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Jakarta, beliau pun seorang penulis, blogger,
motivator dan desain cover buku. Karya tulis yang telah dihasilkan ada lebih
dari 10 buku solo dan 2 buku antologi. Selain itu beliau pun sudah sering
diminta untuk menjadi narasumber dalam pelatihan menulis.
Narasumber
membagi kisah menulis di kala sakit menjadi 4 bagian:
Awal
Menulis
Dimulai
pada tahun 2016, sekolah yang menjadi tempat narasumber mengabdi menerapkan
program literasi. Setiap siswa diminta untuk membawa buku, di hari yang
ditentukan setiap siswa diminta untuk membaca buku yang telah dibawa. Demikian
pula dengan narasumber selaku wali kelas turut membaca bersama siswa.
Selain
menjadi wali kelas narasumber pun menjadi wakil kurikulum. Di saat itu beliau
mengobservasi perangkat pembelajaran guru dan ditemukan bahwa perangkat
tersebut adalah hasil copy paste dan tidak nyambung antar subnya. Akhirnya
narasumber pun membuat buku panduan membuat perangkat pembelajaran. Di
tengah-tengah pembuatan panduan tersebut narasumber merasa buntu untuk membuat
narasi serta menyambungkan setiap format dengan format yang lain.
Berawal
dari masalah kebuntuan tersebut akhirnya narasumber mencari buku-buku tentang
menulis. Setelah dipelajari masih membuat bingung. Oleh karena itu narasumber
pun mencari kegiatan pelatihan menulis di media sosial. Setelah pencarian
beberapa hari beliau pun menemukan kegiatan pelatihan menulis yang diadakan
oleh Komunitas Guru Sejuta Ngeblog (KGSN) di mana saat itu ada sesi Om Jay
sebagai narasumber. Di pelatihan tersebut setelah bertanya dan mendapatkan
jawaban, beliau pun mendapat tugas menulis yang akhirnya kemampuan menulis
tersebut terasah.
Di akhir
2016 terbitlah buku antologi yang berjudul Bukan Guru Biasa. Di akhir 2017 saat pelatihan menulis media guru di Cipanas
beliau pun menulis buku solo yang berjudul mengejar Adzan. Namun
tiba-tiba badai datang, tepat di tanggal 18 Juli 2018 dengan hitungan jam,
tiba-tiba beliau tumbang tak berdaya, seluruh sarafnya mati.
Menulis
di kala Sakit
Selama 18
bulan di rawat di rumah sakit mulai dari masuk ICU, HCU dan ruang inap. Selama
itu pula badan tak bergerak hingga suatu hari tangan mampu bergerak dan
menyentuh muka. Setelah sekian lama hanya terbaring beliau pun meminta untuk
diambilkan hp dan mencoba untuk kembali membuka akun facebook.
Dalam
hati terbesit keinginan untuk tetap bermanfaat bagi orang lain. Dan menulis
adalah jawabannya. Ketika badan masih belum mampu beraktivitas namun pikiran
dan tangan mampu melaluinya. Jadilah beliau mulai menulis apa yang telah
dialami kemudian memposting tulisan tersebut di facebook, tak lupa di akhir
tulisan tersebut disisipkan motivasi. Tulisan tersebut menarik pembaca termasuk
salah satu teman Om Jay. Berawal dari itu, Om Jay pun menghubungi untuk ikut
kelas Belajar Menulis di gelombang 8.
Dengan
keterbatasan tersebut beliau mengikuti pelatihan, lambat laun kemampuan
menulis beliau pun semakin berkembang karena materi yang diajarkan selalu
dipraktikkan. Dan jadilah buku solo kedua dalam kondisi tubuh masih terbaring.
Sejak saat itu beliau tak patah semangat untuk terus menulis buku solo hingga
10 buku ber-ISBN. Buku ke-11 sedang proses dan buku ke-12 dalam proses edit.
Alat
Waktu dan Kondisi Menulis
Saat
tangan sudah mulai digerakkan dan mampu memang ponsel, saat itu lah kegiatan
menulis narasumber dimulai. Bahkan ketika mengikuti kelas belajar menulis pun
beliau mencatat pemaparan materi di catatan yang terdapat di smartphone setelah
itu baru dipindah ke blog atau facebook.
Waktu
menulis bisa dilakukan setiap saat, terlebih ketika mendapatkan respon positif
dari pembaca. Membuat beliau makin semangat walaupun menulis sambil rebahan di atas kasur. Setelah bisa duduk beliau menulis di atas roda. Menulis pun dapat dilakukan di mana saja.
Terkadang di atas kasur, di luar rumah ketika menjemur badan, di mobil sambil
menikmati macetnya arus lalu lintas, di rumah sakit sambil nunggu panggilan
dokter. Bahkan ketika sedang terapi pun masih bisa menulis.
Hasil
dari Menulis
Dari
kegiatan menulis tersebut, narasumber mendapatan: kemampuan mendesain cover
buku, mampu melayout buku, didatangi YouTuber, masuk kanal youtube chanel
Sutrisno Muslim "Guru Inspiratif" dan chanel Akbar Zaenudin
" Guru Inspiratif", mendapatkan penghargaan, mendapatkan uang,
mendapatkan teman, networking, mudah naik pangkat dan bisa menjadi narasumber
pelatihan.
Demikian sepenggal kisah narasumber tentang semangat untuk menjadi bermanfaat di kala raga hanya mampu terbaring. Keadaaan sakit, sulit bukan menjadi penghalang untuk tetap berkarya dalam hal menulis. Sungguh tamparan yang keras untuk yang sehat namun masih dengan segudang alasan tidak bisa menulis, belum mampu menulis. Karena kemampuan menulis ibarat berenang, jika kau tak masuk ke dalam air bagaimana kau akan berenang.
Tulislah apa yang ingin kau tulis dan biarkan tulisanmu menemukan takdirnya
Husnaini Mubasyiroh
Palangka Raya, 8 Juli 2022
Mantap resumenya bunda 🙏
BalasHapusTerima kasih bunda Chita 🙏
Hapus